Perekonomian global sekarang tengah melemah jadi resiko perang dagang pada 2 negara besar ialah Amerika Serikat (AS) serta China. Tetapi situasi ini dianggap tidaklah terlalu pengaruhi pasar saham di Indonesia.
Ini dijelaskan Joshua Tanja, Head of Research UBS, dalam UBS Indonesia Conference 2019 di Jakarta.
Perang dagang AS-China tidaklah terlalu pengaruhi pasar saham Indonesia lantaran export negara ini yg gak terlampau tergantung pada kedua-duanya. Tak seperti Filipina, Thailand dan sekian banyak negara yg terbuka perekonomiannya.
“Perang dagang yg berlangsung pada AS serta China tak pengaruhi equity market Indonesia, lantaran Indonesia tak tergantung pada export ke dua negara ini, ” pungkasnya di Jakarta, Selasa (5/3/2019) .
“Jadi pengin perang dagang itu up atau mencapai puncak kembali, ini tak kan pengaruhi Indonesia. tak seperti sekian banyak negara beda yg perekonomiannya terbuka, ” makin ia.
Dijelaskan juga, walaupun tahun ini GDP Indonesia alami pelemahan gara-gara penurunan investasi, tetapi di yakini bakal tambah baik pada 2020. Perekonomian Indonesia konstan ditengah melemahnya perkembangan ekonomi global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun ini lebih baik ketimbang pada 2018. Walaupun tetap akan hadapi gejolak, perkembangan ekonomi dapat ada di kira-kira 5, 3 prosen.
" Outlook ekonomi (tahun ini) , yakin, yakin, yakin. Perkembangan ekonomi 5, 2-5, 3 prosen, " ujarnya di acara CNBC Economic Outlook 2019.
Perkembangan itu bisa terwujud seandainya permohonan kepentingan domestik dalam negeri bisa didorong serta bertambah di kira-kira 5, 5 prosen. Lantas, investasi ikut tumbuh positif ada di angka 6, 7 prosen.
Walaupun diramalkan bakal tumbuh, tetapi neraca perdagangan Indonesia diikhawatirkan terus melemah. Ini disebabkan situasi pasar global yg belum juga cukuplah tenang.
" Persoalannya global gonjang ganjing export susah import ikut tetap negatif, " ujarnya.
Simak Yuk : harga daun pintu
harga kusen jendela
Disamping itu, lanjut Perry, yg bikin dirinya sendiri sangat percaya perkembangan ekonomi tahun ini bertambah baik ialah menyaksikan situasi nilai rubah Rupiah condong kuat. Tidak sama dengan tahun yang kemarin, di mana Rupiah selama 2018 tertulis terdepresiasi sebesar sampai 6, 9 prosen.
Penguatan Rupiah ini pun didorong oleh berbagai hal khusus. Satu diantaranya merupakan saluran modal asing yg masuk ke Indonesia cukuplah deras. " Factor beda situasi prinsipil baik, serta pasar valas bertambah berkembaang bukan hanya SWAP, DNDF. NTR konstan serta condong kuat, " ujarnya.
Lantas, sebagai konsentrasi Bank Indonesia dalam menggenjot perkembangan ekonomi ikut melalui langkah mengontrol defisit transaksi berjalan. Dikarenakan, defisit pada 2018 tertulis sebesar USD 31 miliar atau sama dengan 2, 98 prosen dari Produk Domestik Bruto (PDB) .
Ini dijelaskan Joshua Tanja, Head of Research UBS, dalam UBS Indonesia Conference 2019 di Jakarta.
Perang dagang AS-China tidaklah terlalu pengaruhi pasar saham Indonesia lantaran export negara ini yg gak terlampau tergantung pada kedua-duanya. Tak seperti Filipina, Thailand dan sekian banyak negara yg terbuka perekonomiannya.
“Perang dagang yg berlangsung pada AS serta China tak pengaruhi equity market Indonesia, lantaran Indonesia tak tergantung pada export ke dua negara ini, ” pungkasnya di Jakarta, Selasa (5/3/2019) .
“Jadi pengin perang dagang itu up atau mencapai puncak kembali, ini tak kan pengaruhi Indonesia. tak seperti sekian banyak negara beda yg perekonomiannya terbuka, ” makin ia.
Dijelaskan juga, walaupun tahun ini GDP Indonesia alami pelemahan gara-gara penurunan investasi, tetapi di yakini bakal tambah baik pada 2020. Perekonomian Indonesia konstan ditengah melemahnya perkembangan ekonomi global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin perkembangan ekonomi Indonesia pada tahun ini lebih baik ketimbang pada 2018. Walaupun tetap akan hadapi gejolak, perkembangan ekonomi dapat ada di kira-kira 5, 3 prosen.
" Outlook ekonomi (tahun ini) , yakin, yakin, yakin. Perkembangan ekonomi 5, 2-5, 3 prosen, " ujarnya di acara CNBC Economic Outlook 2019.
Perkembangan itu bisa terwujud seandainya permohonan kepentingan domestik dalam negeri bisa didorong serta bertambah di kira-kira 5, 5 prosen. Lantas, investasi ikut tumbuh positif ada di angka 6, 7 prosen.
Walaupun diramalkan bakal tumbuh, tetapi neraca perdagangan Indonesia diikhawatirkan terus melemah. Ini disebabkan situasi pasar global yg belum juga cukuplah tenang.
" Persoalannya global gonjang ganjing export susah import ikut tetap negatif, " ujarnya.
Simak Yuk : harga daun pintu
harga kusen jendela
Disamping itu, lanjut Perry, yg bikin dirinya sendiri sangat percaya perkembangan ekonomi tahun ini bertambah baik ialah menyaksikan situasi nilai rubah Rupiah condong kuat. Tidak sama dengan tahun yang kemarin, di mana Rupiah selama 2018 tertulis terdepresiasi sebesar sampai 6, 9 prosen.
Penguatan Rupiah ini pun didorong oleh berbagai hal khusus. Satu diantaranya merupakan saluran modal asing yg masuk ke Indonesia cukuplah deras. " Factor beda situasi prinsipil baik, serta pasar valas bertambah berkembaang bukan hanya SWAP, DNDF. NTR konstan serta condong kuat, " ujarnya.
Lantas, sebagai konsentrasi Bank Indonesia dalam menggenjot perkembangan ekonomi ikut melalui langkah mengontrol defisit transaksi berjalan. Dikarenakan, defisit pada 2018 tertulis sebesar USD 31 miliar atau sama dengan 2, 98 prosen dari Produk Domestik Bruto (PDB) .